STANDART PELAYANAN KEPERAWATAN
Rohmah Susanto, S.Kep., Ns
A. Perubahan Paradigma Pelayanan
2) Obsesi terhadap mutu. Penentu akhir mutu adalah pelanggan internal dan eksternal. Dengan mutu yang ditentukan tersebut organisasi harus berusaha memenuhi atau melebihi yang telah ditentukan.
3) Pendekatan ilmiah.Terutama untuk merancang pekerjaan dan proses pembuatan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang dirancang tersebut.
4) Komitmen jangka panjang. Agar penerapan TQM dapat berhasil, dibutuhkan budaya.
5) KerjasamaTim. Untuk menerapkan TQM, kerjasama tim ,kemitraan dan hubungan perlu terus menerus dijalin dan dibina, baik antar aparatur dalam organisasi maupun dengan pihak luar (masyarakat).
6) Perbaikan sistem secara berkesinambungan. Setiap barang dan jasa dihasilkan melalui proses-proses di dalam suatu sistem/lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar mutu yang dihasilkan meningkat.
7) Pendidikan dan pelatihan dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatlhan merupakan faktor fundamental. Disini berlaku prinsip belajar merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia.
B. Pelayanan Mengacu pada Kepuasan Pelanggan/Klien
2) Kalau kinerjanya sesuai harapan, pelanggan akan merasa puas.
3) Kalau kinerjanya melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas.
1) Harapan pelanggan/klien yang paling sederhana dan berbentuk asumsi "must have" atau "take it for granted". Misalnya (a) saya berharap perawatan saya sampai selesai dan sembuh, atau (b) saya berharap perawat dapat melayani saya dengan aman dan menangani penyakit saya dengan benar.
2) Pada level kedua, kepuasan pelanggan/klien dicerminkan dalam pemenuhan persyaratan dan atau spesifikasi terertentu. Misalnya (a) saya berharap dilayani dengan ramah oleh perawat, atau (b) saya pergi ke rumaha sakit dan perawatnya ternyata sangat ramah, informalif dan suka menolong saya.
3) Pada level ketiga ini pelanggan menuntut suatu kesenangan (delightfulness) atau jasa yang demikian bagusnya, sehingga membuat pelanggan tertarik. Misalnya (a) perawat memberi semua pasien pelayanan yang sama tanpa membedakan kaya dan miskin, pejabat atau jelata dan sebagainya. Contoh lain adalah (b) semua perawat melayani saya dengan penuh respek dan menjelaskan sesuatunya secara cermat. Akan tetapi yang paling mengesankan saya adalah ketika mereka menelepon saya di rumah hari berikutnya dan menanyakan apakah saya baik-baik saja.
Paradigma merupakan sekumpulan asumsi atau anggapan yang memungkinkan
seseorang menciptakan realitasnya sendiri (Tjiptono 1997) Pelayanan pada
masyarakat di masa datang itu hendaknya : makin lama makin baik
(better), makin lama makin cepat (faster), makin lama makin diperbaharui
(newer), makin lama makin murah (cheaper) dan makin lama makin
sederhana (more simplel).
W.Edwards Deming telah mengembangkan apa yang disebut "Total Quality
Management” (Manajemen Mutu Terpapu) (Gaspersz, 19970.Total Q uality
Managemen (TQM) telah berhasil mengatasi berbagai permasalahan
diperusahaan sehingga dapat meningkatkan mutu dan sekaligus menekan
biaya serta mengatiasi permasalahan lainnya.
Pada awalnya TQM diterapkan didunia usaha. Oleh karena keberhasilannya,
maka instansi pemerintah kemudian mencoba menerapkannya, misalnya TQM
diterapkan di Angkatan udara Amerika Serikat (Creech, 1996). Total
Quatity Management merupakan paradigma baru dalam manajemen yang
berusaha memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan secara
berkesinambungan atas mutu barang, jasa, manusia dan lingkungan
organisasi. TQM hanya dapat dicapai dengan memperhatikan hal -hal
berikut ini( Tjjptono19 97) :
1) Berfokus pada pelanggan yang menentukan mutu barang dan jasa adalah
pelanggan eksternal. Pelanggan internal berperan d alam menentukan mutu
manusia, proses dan lingkungan yang berhubungan dengan barang atau jasa.2) Obsesi terhadap mutu. Penentu akhir mutu adalah pelanggan internal dan eksternal. Dengan mutu yang ditentukan tersebut organisasi harus berusaha memenuhi atau melebihi yang telah ditentukan.
3) Pendekatan ilmiah.Terutama untuk merancang pekerjaan dan proses pembuatan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang dirancang tersebut.
4) Komitmen jangka panjang. Agar penerapan TQM dapat berhasil, dibutuhkan budaya.
5) KerjasamaTim. Untuk menerapkan TQM, kerjasama tim ,kemitraan dan hubungan perlu terus menerus dijalin dan dibina, baik antar aparatur dalam organisasi maupun dengan pihak luar (masyarakat).
6) Perbaikan sistem secara berkesinambungan. Setiap barang dan jasa dihasilkan melalui proses-proses di dalam suatu sistem/lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar mutu yang dihasilkan meningkat.
7) Pendidikan dan pelatihan dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatlhan merupakan faktor fundamental. Disini berlaku prinsip belajar merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia.
B. Pelayanan Mengacu pada Kepuasan Pelanggan/Klien
Kepuasan didefinisikan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah
membandignkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan harapannya. Oleh
karena itu, maka tingkat kepuasan adalah perbedaan antara kinerja yang
dirasakan dengan harapan. Dengan demikian apabila dikaitkan dengan
pelanggan/klien, maka pelanggan dapat merasakan hal-hal sebagai berikut :
1) Kalau kinerjanya dibawah harapan, pelanggan akan merasa kecewa. 2) Kalau kinerjanya sesuai harapan, pelanggan akan merasa puas.
3) Kalau kinerjanya melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas.
Bagi perawat, pelayanan yang perlu mendapat perhatian adalah orang yang
sangat puas akan mempunyai ikatan emosional dengan suatu pelayanan atau
jasa dan ini menyebabkan loyalitas klien menjadi tinggi. Oleh karena
itu, perawat selaku pemberi pelayanan dihadapkan pada tantangan
membangun budaya organisasi, yaitu agar semua orang yang berada
dilingkungan institusi perawatan bertujuan memuaskan kepuasan klien.
Kepuasan klien merupakan tujuan utama pelayanan prima. Oleh karena itu setiap perawat pemberi pelayanan berkewajiban untuk berupaya memuaskan kliennnya. Kepuasan klien dapat dicapai apabila perawat mengetahui siapa kliennya, baik klien internal maupun klien eksternal. Dengan mengetahui siapa kliennya, maka perawat akan dapat mengidentifikasi apa keinginan kliennya.
Kepuasan pelanggan/klien dapat dicapai apabila keinginan atau harapan
pelanggan dapat terpenuhi. Mengenai mutu, Tjiptono (1997) menyalakan
bahwa sedikitnya ada tiga level (tingkat) harapan pelanggan/klien, yaitu
:Kepuasan klien merupakan tujuan utama pelayanan prima. Oleh karena itu setiap perawat pemberi pelayanan berkewajiban untuk berupaya memuaskan kliennnya. Kepuasan klien dapat dicapai apabila perawat mengetahui siapa kliennya, baik klien internal maupun klien eksternal. Dengan mengetahui siapa kliennya, maka perawat akan dapat mengidentifikasi apa keinginan kliennya.
1) Harapan pelanggan/klien yang paling sederhana dan berbentuk asumsi "must have" atau "take it for granted". Misalnya (a) saya berharap perawatan saya sampai selesai dan sembuh, atau (b) saya berharap perawat dapat melayani saya dengan aman dan menangani penyakit saya dengan benar.
2) Pada level kedua, kepuasan pelanggan/klien dicerminkan dalam pemenuhan persyaratan dan atau spesifikasi terertentu. Misalnya (a) saya berharap dilayani dengan ramah oleh perawat, atau (b) saya pergi ke rumaha sakit dan perawatnya ternyata sangat ramah, informalif dan suka menolong saya.
3) Pada level ketiga ini pelanggan menuntut suatu kesenangan (delightfulness) atau jasa yang demikian bagusnya, sehingga membuat pelanggan tertarik. Misalnya (a) perawat memberi semua pasien pelayanan yang sama tanpa membedakan kaya dan miskin, pejabat atau jelata dan sebagainya. Contoh lain adalah (b) semua perawat melayani saya dengan penuh respek dan menjelaskan sesuatunya secara cermat. Akan tetapi yang paling mengesankan saya adalah ketika mereka menelepon saya di rumah hari berikutnya dan menanyakan apakah saya baik-baik saja.
5) Mutu Pelayanan Prima
a) Konsep Mendahulukan Kepentingan Pelanggan.
1) Kategori Keluhan Pelanggan:
Menurut Endar Sugiarto (1999), keluhan pelanggan dapat dikategorikan/dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
• Mechanical Complaint (Keluhan Mekanikal)
Mechanical clomplaint adalah suatu keluhan yang disampaikan oleh pelanggan sehubungan dengan tidak berfungsinya peralatan yang dibeli/disampaikan kepada pelanggan tersebut. Dalam hal pelayanan keperawatan maka peralatan yang dimaksud adalah semua peralatan yang berhubungan dengan pelayanan perawatan saat perawat memberikan pelayanan.
• Attitudinal Comptant (Keluhan akibat sikap petugas pelayanan)
Attitudinal complaint adalah keluhan pelanggan yang timbul karena sikap negative petugas pelayanan (perawat) pada saat melayani pelanggan/klien. Hal ini dapat dirasakan oleh pelanggan/klien melalui sikap tidak peduli dari petugas pelayanan (perawat) terhadap pelanggan/klien.
• Service Related Complaint (Keluhan yang berhubungan dengan pelayanan)
Service related complaint adalah suatu keluhan pelanggan/klien karena hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan itu sendiri. Misalnya seseorang mendaftar untuk berobat/rawat jalan, ternyata formulir pendaftaran (family folder) belum siap dan oleh petugas diminta untuk menunggu.
• Unusual Complaint (Keluhan yang aneh)
Unusual complaint adalah keluhan pelanggan/klien yang bagi petugas merupakan keanehan (tjdak wajar/tidak umum). pelanggan yang mengeluh seperti ini sebenarnya secara psikologis adalah orang-orang yang hidupnya tidak bahagia atau kesepian.
2) Cara mengatasi keluhan pelanggan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi keluhan pelanggan/klien,antara lain adalah:
o Pelanggan biasanya marah pada saat menyampaikan ke luhan. Oleh karena itu perawat tidak boleh terpancing untuk ikut marah.
o Perawat tidak boleh memberikan janji-janji yang sebenarnya sulit dipenuhi serta tidak menjanjikan sesuatu yang berada di luar wewenangnya
o Jika permasalahan tidak dapat diselesaikan sedangkan perawat sudah berbuat maksimal, perawat harus berani menyatakan menyerah dengan jujur.
o Ada pelanggan/klien yang selalu mengeluh. Untuk menghadapi pelanggan seperti itu, perawat harus sabar dan melakukan pendekatan secara khusus.
a) Konsep Mendahulukan Kepentingan Pelanggan.
Pelayanan Prima adalah pelayanan yang memuaskan pelanggan/klien. Salah
satu indikator adanya kepuasan pelanggan/klien adalah tidak adanya
keluhan dari pelanggan/klien. Akan tetapi, didalam praktek
k.eluhan-keluhan pelanggan/klien ini akan selalu ada. Perawat pemberi
pelayanan wajib menanggapi dan menghadapi keluhan pelanggan/klien
tersebut untuk kepentingan dan kepuasan pelanggan/klien. Untuk itu,
pemberi pelayanan (perawat) perlu mengetahui sumber-sumber keluhan
pelanggan/klien dan mengetahui cara-cara mengatasi keluhan
pelanggan/klien.
Menurut Endar Sugiarto (1999), sumber-sumber keluhan pelanggan antara
lain adalah : pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Pelanggan
internal adalah pegawai instansi/orgnaisasi yang bersangkutan dan para
pemimpin instansl/organiasasi yang bersangkutan. Seorang pegawai suatu
instansi/organisasi yang tidak betah bekerja karena lingkungan kerja dan
situasi pegawai yang ada di dalamnya. Suasana nyaman dan harmonis akan
mempengaruhi kesiapannya dalam menghadapi pelanggan eksternal. Para
pemimpin instansi/organisasi dapat menjadi sumber keluhan, karena
pemimpin sering mendapat masukan dari pada pelanggan eksternal tentang
pelayanan di instansinya. Perhatian utama suatu instansi/organisasi
adalah pelanggan eksternal, yaitu masyarakat. Kunci utama keberhasilan
pelayanan terletak pada cara instansi/organisasi tersebut memperlakukan
pelanggan eksternal ini. Untuk pelayanan keperawatan maka semua karyawan
adalah mitra dalam memberikan pelayanan sehingga muncul rasa nyaman dan
harmonis. Hal tersebut sangat mendukung untuk pelayanan yang prima
terhadap pelanggan/klien ekstenal yaitu orang lain (masyarakat) di luar
institusi/organisasi
1) Kategori Keluhan Pelanggan:
Menurut Endar Sugiarto (1999), keluhan pelanggan dapat dikategorikan/dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
• Mechanical Complaint (Keluhan Mekanikal)
Mechanical clomplaint adalah suatu keluhan yang disampaikan oleh pelanggan sehubungan dengan tidak berfungsinya peralatan yang dibeli/disampaikan kepada pelanggan tersebut. Dalam hal pelayanan keperawatan maka peralatan yang dimaksud adalah semua peralatan yang berhubungan dengan pelayanan perawatan saat perawat memberikan pelayanan.
• Attitudinal Comptant (Keluhan akibat sikap petugas pelayanan)
Attitudinal complaint adalah keluhan pelanggan yang timbul karena sikap negative petugas pelayanan (perawat) pada saat melayani pelanggan/klien. Hal ini dapat dirasakan oleh pelanggan/klien melalui sikap tidak peduli dari petugas pelayanan (perawat) terhadap pelanggan/klien.
• Service Related Complaint (Keluhan yang berhubungan dengan pelayanan)
Service related complaint adalah suatu keluhan pelanggan/klien karena hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan itu sendiri. Misalnya seseorang mendaftar untuk berobat/rawat jalan, ternyata formulir pendaftaran (family folder) belum siap dan oleh petugas diminta untuk menunggu.
• Unusual Complaint (Keluhan yang aneh)
Unusual complaint adalah keluhan pelanggan/klien yang bagi petugas merupakan keanehan (tjdak wajar/tidak umum). pelanggan yang mengeluh seperti ini sebenarnya secara psikologis adalah orang-orang yang hidupnya tidak bahagia atau kesepian.
2) Cara mengatasi keluhan pelanggan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi keluhan pelanggan/klien,antara lain adalah:
o Pelanggan biasanya marah pada saat menyampaikan ke luhan. Oleh karena itu perawat tidak boleh terpancing untuk ikut marah.
o Perawat tidak boleh memberikan janji-janji yang sebenarnya sulit dipenuhi serta tidak menjanjikan sesuatu yang berada di luar wewenangnya
o Jika permasalahan tidak dapat diselesaikan sedangkan perawat sudah berbuat maksimal, perawat harus berani menyatakan menyerah dengan jujur.
o Ada pelanggan/klien yang selalu mengeluh. Untuk menghadapi pelanggan seperti itu, perawat harus sabar dan melakukan pendekatan secara khusus.
b) Pelayanan dengan sepenuh hati.
Menurut Endar Sugiarto (1999), pada hakekatnya pelanggan itu tidak
membeli produk, tetapi mereka membeli pelayanan. Ini merupakan falsafah
bisnis dalam upaya memberikan pelayanan yang prima. Pelayanan di sini
adalah pelayanan dalam segala bentuk kreasi dan manifestasinya. Untuk
itu, kita lebih banyak belajar tentang para pelanggan/klien kita, agar
kita dapat memberikan pelayanan dengan sepenuh hati dan dengan cara yang
lebih baik di masa yang akan datang.
c) Budaya Pelayanan Prima
Menganggap bahwa pelayanan prima sebagai suatu budaya berarti rnelakukan
kegiatan pelayanan sebagai suatu hal yang membanggakan dengan nilai
luhur yang dijunjung tinggi. Budaya pelayanan prima adalah sebuah budaya
yang kuat yang mewarnai sifat hubungan antara perawat pemberi
pelayanan. Budaya pelayanan prima dibentuk oleh sikap perawat dan
manajemen instansi/organisasi pemberi pelayanan.
d) Sikap Pelayanan Prima.
Sikap pelayanan prima berarti pengabdian yang tulus terhadap bidang
kerja dan yang paling utama adalah kebanggaan atas pekerjaan. Sikap anda
dapat menggambarkan instansi/organisasi anda. Anda adalah perwakilan
instansi/organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pelanggan akan menilai instansi/organisasi dari kesan pertama mereka
dalam berinteraksi dengan orang-orang yang terlibat dalam
instansi/organrsasi tersebut. Apabila pagi itu kebetulan andalah orang
pertama yang berhubungan dengan pelanggan, anda akan mewakili gambaran
dari instansi/organisasi anda.
e) Sentuhan Pribadi Pelayanan Prima
Pelayanan prima sangat memperhatikan individu sebagai pribadi yang unik
dan menarik setiap pelanggan/klien memiliki sifat dan dapat membuat para
perawat bahagia atau kecewa. Sentuhan pribadi mengarahkan para perawat
selaku pemberi pelayanan untuk berpikir bahwa memperlakukan orang lain
sebagaimana kita memperlakukan diri kita sendiri perlu selalu
dipraktekan. Yang diutamakan dalam pelayanan prima bukanlah
slogan-slogan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan,
melainkan bentuk nyata pelayanan yang sebelumnya sudah diberikan dalam
pelatihan-pelatihan dan dapat diterapkan pada saat praktek di lapangan,
ketika berhubungan langsung dengan pelanggan/klien. Karena pelayanan
prima merupakan budaya, identitas, sarana kompetisi, pelanggan/klien
merasa penting, rekan sekerja merasa nyaman bersama kita dan kita dapat
melayani pelanggan/klien dengan cepat, tepat, ramah, mengutamakan
kepuasan pelanggan/klien, menepati janji, bahasa yang baik dalam
bertelepon, menunjukkan etika dan sopan santun, merasa puas dan bangga
akan pekerjaan kita, bekerja dengan antusias, kepercayaan diri yang
tinggi, menawarkan bantuan, senyum yang tulus, humor yang menyenangkan,
mendengarkan dengan baik dan dengan konsep win-win.
f) Pelayanan prima sesuai dengan pribadi Prima.
• Tampil sopan dan penuh hormat
• Tampil yakin
• Tampil rapi.
• Tampil ceria
• Senang memaafkan
• Senang bergaul
• Senang belajar dari orang lain
• Senang pada kewajaran
• Senang menyenangkan orang lain
Konsep pribadi prima meliputi unsur-unsur kepribadian, penampilan,
perilaku dan komunikasi yang prima. Seseorang perawat dapat dikatakan
memiliki pribadi prima apabila :
• Tampil ramah• Tampil sopan dan penuh hormat
• Tampil yakin
• Tampil rapi.
• Tampil ceria
• Senang memaafkan
• Senang bergaul
• Senang belajar dari orang lain
• Senang pada kewajaran
• Senang menyenangkan orang lain
Adapun konsep kualitas pelayanan menurut pandangan Cristopher
Lovelock dalam Product plus (1994: 178-188) yang mengemukakan tentang
bagaimana suatu produk bila ditambah dengan pelayanan akan menghasilkan
suatu kekuatan yang memberikan manfaat lebih. Selanjutnya Lovelock
mengemukakan melalui diagram bunganya dimana terdapat 8 (delapan)
suplemen pelayanan (the eight petals on the flower of service) yang
terdiri dari ;
1, Information
Proses suatu pelayanan yang berkualitas dimulai dari suplemen informasi
dari pelayanan yang diperlukan oleh klien. Seorang pelanggan/klien akan
menanyakan kepada perawat tentang apa, bagaimana, berapa, kepada siapa,
dimana diperoleh, dan berapa lama memperoleh pelayanan yang diinginkan.
Penyedia informasi memberikan kemudahan kepada pelanggan/klen.
2. Consutation
Setelah memperoleh informasi yang diinginkan, biasanya klien akan
membuat suatu keputusan, yaitu menerima atau tidak menerima pelayanan
yang diberikan. Di dalam proses memutuskan ini serjngkali diperlukan
pihak-pihak yang dapat diajak untuk berkonsultasi.
3. Ondertaking
Keyakinan yang diperoleh klien melalui konsultasi akan menggiring pada
tindakan untuk meminta pelayanan yang diinginkan. Penilaian klien pada
titik ini adalah ditekankan pada kualitas pelayanan yang mengacu pada
kemudahan aplikasi maupun administrasi pemesanan jasa pelayanan yang
tidak berbelit-belit, fleksibel, biaya murah, syarat ringan, dan
sebagainya.
4. Horspitality
Pelanggan/klien yang berurusan secara langsung ke tempat-tempat
transaksi akan memberikan penilaian tehadap sikap ramah dan sopan dari
perawat, ruang tunggu yang nyaman, kafe untuk makan dan minum, hingga
tersedianya wc/toilet yang bersih.
5. Cretaking
Latar belakang pelanggan/klien yang beragam akan menuntut pelayanan yang
berbeda-beda pula. Misalnya yang berduil menginginkan tempat/ruangan
yang leluasa (misalnya VIV), yang tidak mau keluar rumah menginginkan
fasilitas pelayanan di rumah (home care). Kesemuanya harus dipedulikan
oleh perawat.
6. Exception
Beberapa pelanggan/klien kadang-kadang menginginkan pengecualian
kualitas pelayanan, misalnya saja bagaimana dan dengan cara apa perawat
melayani permintaan pelanggan/klien yang datang secara tiba-tiba,
jaminan terhadap berfungsinya alat-alat kesehatan yang
dipasang/terpasang, restitusi akibat peralatan yang digunakan tidak bisa
dipakai dan sebagainya.
7. Billing
Titik rawan ke tujuh pada administrasi pembayaran. Niat baik pelanggan
untuk bertransaksi sering gagal pada titik ini. Petugas harus
memperhatikan hal-hal yang terkait dengan administrasi pembayaran, baik
mekanisme pembayaran atau pengisian formulir transaksi.
8. Payment
Pada ujung pelayanan, harus disediakan fasilitas pembayaran berdasarkan
pada keinginan pelanggan. Dapat saja berupa self service payment seperti
koin telepon, transfer bank, credit card dan sebagainya.
0 Response to " Standart Pelayanan Keperawatan "
Post a Comment