Konsep Dasar Keperawatan Medikal Bedah

Keperawatan medikal bedah merupakan pelayanan profesional yang didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg komprehensif ditujukan pada orang dewasa dengan atau yg cenderung mengalami gangguan fisiologi dengan atau tanpa gangguan struktur akibat trauma. 

Keperawatan medical bedah merupakan bagian dari keperawatan, dimana keperawatan itu sendiri adalah : Bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. 

Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan dengan alasan : kelemahan fisik, mental, masalah psikososial, keterbatasan pengetahuan, dan ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri akibat gangguan patofisiologis, (CHS,1992).

Pengertian keperawatan medikal bedah mengandung empat hal seperti di bawah ini:
  1. Pelayanan Profesional
    Seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, selalu memandang pasien secara holistic/menyeluruh baik Bio-Psiko-sosial-kultural-Spiritual. Dalam setiap tindakan, perawat dituntut untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional sesuai dengan standarisasi profesi keperawatan. Pelayanan ini diberikan oleh seorang perawat yang berkompetensi dan telah menyelesaikan pendidikan profesi keperawatan pada jenjang yang lebih tinggi.
  2. Berdasarkan Ilmu Pengetahuan
    Perawat dalam melaksanakan tugasnya sudah melalui jenjang Pendidikan Formal yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah. Ilmu pengetahuan terus berubah dari waktu ke waktu (dinamis), sehingga dalam memberikan Asuhan keperawatan pada Klien berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan terbaru.
  3. Menggunakan scientific Metode
    Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui tahap-tahap dalam proses keperawatan berdasarkan pendekatan ilmiah. Dengan menggunakan standarisasi asuhan keperawatan yang ada (NANDA, NIC, NOC).
  4. Berlandaskan Etika Keperawatan
    Perawat dalam melaksanakan tugasnya, dituntut untuk dapat menerapkan asas etika keperawatan yang ada, meliputi asas Autonomy (menghargai hak pasien/ kebebasan pasien), Beneficience (menguntungkan bagi pasien), Veracity (kejujuran), Justice (keadilan)

Related Posts:

Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan masyarakat dan memberikan prioritas pada strategi pada pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi yang mengacu pada paradigma keperawatan secara umum dengan empat komponen dasar yaitu; manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan.

Related Posts:

Model Konseptual dalam Keperawatan Maternitas

FCMC (Family Centered Maternity Care):

  1. Melaksanakan kelas untuk pendidikan prenatal orang tua.
  2. Mengikut serta keluarga dalam perawatan kehamilan, persalinan, dan nifas.
  3. Mengikut sertakan keluarga dalam operasi.
  4. Mengatur kamar bersalin sepeti suasana rumah.
  5. Menetapkan peraturan yang flexibel.
  6. Menjalankan system kunjungan tidak ketat.
  7. Mengadakan kontrak dini bayi dan orang tua.
  8. Menjalankan rooming-in (Ruang rawat gabung untuk ibu hamil).
  9. Mengikut sertakan anak-anak dalam proses perawatan.
  10. Melibatkan keluarga dalam perawatan NICU.
  11. Pemulangan secepat mungkin dengan diikuti Follow-up.

Tradisional Care:

  1. Memisahkan ibu dari keluarga selama proses persalinan.
  2. Memindahkan klien: dari ruang penerimaan ke ruang persalinan.
  3. Melarang ibu beraktifitas selama proses persalinan.
  4. Melakukan tindakan rutin: episitomi, obat-obatan.
  5. Tidak ada keluarga ikut dalam proses persalinan & operasi.
  6. Kontak orang tua & anak kurang.
  7. Pemberian susu bayi dibatasi.
  8. Waktu berkunjung dibatasi.
  9. Rooming-in dibatasi.
  10. Tidak ada Follow-up ke rumah.
  11. Kontrol postpartum rutin pada hari minggu ke enam.

Model Konsep “Self Care Orem” :

  • Penekanan pada aktifitas mandiri kemudian mencapai kesejahteraan ibu & bayi.
  • Pada Maternal: mampu mandiri dalam perawatan diri.
  • Melihat dari kemampuan.
  • Berdasarkan kondisi. 

Model Konsep “Adaptasi” :

  • Mempunyai kemampuan adaptasi dalam rangka mencapai kebutuhan.
  • Manusia selalu konstan berinteraksi dengan lingkungan (selalu berubah).
  • Maternal sepanjang proses konsepsi sampai postpartum terjadi perubahan fisik, psikologis, dan social.

Model Konsep “I King” :

  • Personal.
  • Interpersonal.
  • Social (Dinamik, interaksi mudah diberikan informasi & memberikan informasi).

Related Posts:

Konsep Keperawatan Maternitas

Keperawatan Maternitas merupakan persiapan persalinan serta kualitas pelayanan kesehatan yang dilakukan dan difokuskan kepada kebutuhan bio-fisik dan psikososial dari klien, keluarga , dan bayi baru lahir (May & Mahlmeister, 1990).

Keperawatan Maternitas merupakan sub system dari pelayanan kesehatan dimana perawat berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya untuk membantu beradaptasi pada masa prenatal, intranatal, postnatal, dan masa interpartal (Auvenshine & Enriquez, 1990).

Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan yang sangat luas, dimulai dari konsepsi sampai dengan enam minggu setelah melahirkan (Shane,et.al.,1990).

Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan professional berkualitas yang difokuskan pada kebutuhan adaptasi fisik dan psikososial ibu selama proses konsepsi / kehamilan, melahirkan, nifas, keluarga, dan bayi baru lahir dengan menekankan pada pendekatan keluarga sebagai sentra pelayanan (Reede, 1997).

Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada wanita usia subur (WUS) yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan, masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang dilahirkan sampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (CHS/KIKI, 1993).

Peran Perawat
Peran perawat dalam keperawatan maternitas menurut Reeder (1997):
  1. Pelaksana
  2. Pendidik
  3. Konselor
  4. Role model bagi para ibu
  5. Role model bagi teman sejawat
  6. Perumus masalah
  7. Ahli keperawatan

Peran perawat dalam keperawatan maternitas menurut Old(1988), Bobak & Jensen (1993):
  1. Member pelayanan
  2. Advocate
  3. Pendidik
  4. Change Agent
  5. Political Activist
  6. Peneliti

Pendekatan Pelayanan Keperawatan
Pendekatan pelayanan dalam keperawatan maternitas yaitu:
  1. Holistik
  2. Penghargaan terhadap pasien
  3. Peningkatan kemampuan pasien Kemandirian
  4. Pemanfaatan & peningkatan sumber daya yang diperlukan
  5. Proses keperawatan
  6. Berpusat pada keluarga= FCMC (Family Centered Maternity Care)
  7. Caring: Siap dengan klien; Menghargai system nilai, Memenuhi kebutuhan dasar klien; Penyuluhan/konseling kesehatan.

Related Posts:

Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas

Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang bermutu yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati kenyataan dari konsep. Model praktik keperawatan didasarkan pada isi dari sebuah teori dan konsep praktik (Riehl & Roy, 1980 dalam Sumijatun, 2006).

Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model Health Care System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan, yang ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel, normal, maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas (Mubarak & Chayatin, 2009).

Menurut Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak pada metaparadigma keperawatan yang terdiri dari yang terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.Asumsi Betty Neuman tentang empat konsep utama yang terkait dengan keperawatan komunitas adalah:

  1. a. Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel yang utuh, yaitu: fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan dan spiritual
  2. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-pengaruh dari sekitar atau sistem klien
  3. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.

Model ini menganalisa interaksi anatra empat variabel yang menunjang keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek psikologis, aspek sosial dan kultural, serta aspek spiritual.

Sehat menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko, cultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis pertahanan fleksibel, normal dan resisten. Sehat dapat diklasifikasikan dalam delapan tahapan, yaitu:

  1. Normallywell, yaitu sehat secara psikologis, medis dan social
  2. Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung harapan baik (misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya, dan lain-lain)
  3. Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang mampu secara social, baik ekonomi maupun interaksi social dengan masyarakat
  4. Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa alasan
  5. Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan diukur
  6. Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada menyerah karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam kesehatan, seseorang yang tidak memperdulikan kesehatannya, dia tetap berjuang untuk kesehatan/keselamatan orang lain
  7. Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi mempunyai harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu dalam penyembuhan sakit medisnya
  8. Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis dan sosial

Related Posts:

Pusat Kesehatan Komunitas

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:
1. Sekolah atau Kampus
Pelayanan nurse yang diselenggarakan meliputi pendidikan pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan. Selain itu perawat yang bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa, batu dll. Perawat juga dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.

2. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan nurse di tempat ini meliputi lima bidang. Perawat menjalankan program yang bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak, 2006).

3 Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan nurse khusus yang dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawat melakukan kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus memiliki kemampuan klinik yang kompeten.

4. Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan memiliki peran serta tanggung jawab yang bervariasi. Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawat lain, bekerja di bidang pendidikan , penelitian, di wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu,dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2006).

Related Posts:

Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas

Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut.

  1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas. 
  2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.

Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut;
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang akhirnya
dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self
care).

Fungsi keperawatan komunitas

  1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
  2. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya di bidang kesehatan.
  3. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
  4. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006).

Related Posts:

Konsep Dasar Keperawatan Komunitas

Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan 
nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi 
yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Misalnya di 
dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, 
kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya.

Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang,
masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2006).

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan
antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta
masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan
utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006).

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat 
alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan 
masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti 
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).

Related Posts:

Keperawatan Gawat Darurat (emergency and critical care nursing)

Keperawatan Gawat Darurat (emergency and critical care nursing)

Pelayanan keperawatan yang diberikan kepada individu dan keluarga/orang terdekat yang diperkirakan atau sedang mengalami keadaan yang mengancam kehidupan, dan terjadi secara mendadak dalam suatu lingkungan yang tidak dapat dikendalikan

Cakupan KGD

  1. Meliputi menetapkan diagnosis keperawatan dan manajemen respon klien/keluarga terhadap kondisi kesehatan yang terjadi mendadak
  2. Pelayanan keperawatan gawat darurat tidak terjadwal dan biasanya dilakukan di ruangan gawat darurat (emergency),

Kondisi Kedaruratan

  • Suatu kondisi dimana terjadi gangguan integritas fisiologis atau psikologis secara mendadak
  • Rentang area pelayanan gawat darurat

Proses Keperawatan Gawat Darurat, dipengaruhi oleh :

  1. Waktu yang terbatas
  2. Kondisi klien yang memerlukan bantuan segera
  3. Kebutuhan pelayanan yang definitif di unit lain (OK, ICU)
  4. Informasi yang terbatas
  5. Peran dan sumber daya

Sasaran Pelayanan Gawat Darurat
Ketepatan resusitasi efektif dan stabilisasi klien gawat dan yang mengalami perlukaan

Aspek Psikologis Pada Situasi Gawat Darurat

  • Cemas
  • Histeris
  • Mudah marah
  • Dsb
  • Pengkajian terhadap prioritas pelayanan


Perubahan tanda vital yang signifikan (hipo/hipertensi, hipo/hipertermia, disritmia, distres pernafasan)

  1. Perubahan/gangguan tingkat kesadaran (LOC)
  2. Nyeri dada terutama pada pasien berusia > 35 tahun
  3. Nyeri yang hebat
  4. Perdarahan yang tidak dapat dikendalikan dengan penekanan langsung
  5. Kondisi yangd apat memperburuk jika pengobatan ditangguhkan
  6. Hilang penglihatan secara tiba-tiba
  7. Perilaku membahayakan, menyerang
  8. Kondisi psikologis yang terganggu/perkosaan

Triage
Tujuan triage adalah untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan. Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :

  • Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien
  • Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan lanjutan
  • Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses penanggulangan/pengobatan gawat darurat

Sistem Triage dipengaruhi

  1. Jumlah tenaga profesional dan pola ketenagaan
  2. Jumlah kunjungan pasien dan pola kunjungan pasien
  3. Denah bangunan fisik unit gawat darurat
  4. Terdapatnya klinik rawat jalan dan pelayanan medis

Prinsip umum manajemen kedaruratan (kecelakaan)

  1. Bersikap tenang tapi cekatan dan berfikir sebelum bertindak (jangan panik)
  2. Sadari peran perawat dalam menghadapi korban dan wali/saksi
  3. Lakukan pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masalah yang mengancam jiwa (henti napas, nadi, perdarahan hebat dan keracunan)
  4. Lakukan tindakan penyelamatan jiwa/kehidupan
  5. Lakukan pengkajian sistematik sebelum melakukan tindakan menyeluruh
  6. Pertahankan korban pada posisi datar atau sesuai posisi yang cocok (kecuali jika ada orthopnea) lindungi korban dari kedinginan
  7. Jika korban sadar, jelaskan apa yang terjadi berikan bantuan untuk menenangkan dan yakinkan akan ditolong
  8. Hindari mengangkat/memindahkan yang tidak perlu, memindahkan hanya jila ada kondisi yang membahayakan
  9. Jangan diberi minum jika terdapat trauma abdomen atau diprakirakan kemungkinan tindakan anestesi umum dalam waktu dekat
  10. Jangan dipindahkan (ditanfortasi) sebelum pertolongan pertama selesai dilakukan dan terdapat alat tranportasi yang memadai

Disaster

  • Bencana
  • Alam
  • Perbuatan manusia
  • Kejadian tiba-tiba, mengagetkan, merusak, membahayakan kehidupan (nywa dan harta benda)
  • Efek samping sangat tergantung dari luas dan beratnya bencana serta kesiapan komunitas/ masyarakat menghadapi bencana

Perencanaan penanggulangan bencana di komunitas

  1. Pembentukan komite atau tim penanggulangan bencana
  2. Mengidentifikasi kemungkinan bahaya bencana pada daerah tersebut
  3. Mengadakan latihan/simulasi penanggulangan bencana (termasuk cara meminta bantuan, jaringan komunikasi

Penanggulangan saat kejadian

  1. Pengelolaan jaringan komunikasi yang efektif
  2. Blok daerah bencana
  3. Mengupayakan jaringan tranportasi yang terbuka tapi terorganisir
  4. Pelaksanaan triage
  5. Triage komunitas pada disaster

Kategori

  1. Yang memerlukan tindakan segera (akan memburuk jika tidak segera ditanggulangi)
  2. Serius yang memerlukan tranportasi segera setelah diatasi pertolongan pertama
  3. Masalah minimal yang dapat ditanggulangi masyarakat
  4. Kategori yang dapat ditangguhkan


  • Disaster
  • Mekanisme
  • Alami
  • Buatan Manusia
  • Jumlah
  • Cidera yang disebabkan
  • Geografi
  • Durasi
  • Selesai
  • Sedang berlangsung

Tingkat respon

  • Level I : Lokal
  • Level II: Regional
  • Level III: Nasional

Perencanaan yang efektif

  1. Asumsi yang valid tentang bentuk cidera, ancaman, perilaku manusia dan kebutuhan
  2. Pengalaman dari bencana sebelumnya
  3. Prisip evidance base dari respon bencana
  4. Sistem kolaborasi yang terintegrasi dalam mencapai tujuan umum
  5. Keterllibatan dalam perencanaan bagi orang yang terlibat dalam penanggunalangan
  6. Pengetahuan dan persetujuan dari partisipan
  7. Pelatihan dan pendidikan
  8. Latihan di Rumah Sakit dan Komunitas

Triage komunitas memerlukan

  • Pos komando
  • Persiapan RS
  • RS Lapangan

Related Posts:

Konsep Dasar Keperawatan Keluarga

A.    Pengertian keluarga dan pengertian keperawatan keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dan keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan, 1988).

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang di satukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan, ikatan emosional dan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Marilynn M. Friedman, 1998).

Keluarga adalah dua orang atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Salvicion G Balion dan Aracelis Maglaya, 1989).

Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang dipersatukan oleh ikatan perkawinan, ikatan darah yang tinggal dalam satu rumah dan saling berinteraksi satu sama lain dalam perannya masing-masing untuk menciptakan atau mempertahankan suatu budaya.

Keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga (Suprajitna, 2004).

B.     Tipe atau jenis keluarga
Menurut Frieman (1998) tipe keluarga dari dua tipe yaitu keluarga tradisional dan keluarga non tradisional.

1)      Tipe keluarga tradisional terdiri dari :

a)      Nuclear family atau keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak kandung atau anak adopsi.

b)      Extended family atau keluarga besar adalah keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, bibi dan paman.

c)      Dyad family adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang tinggal dalam satu rumah tanpa anak.

d)     Single parent family adalah suatu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.

e)      Single adult adalah satu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.

f)       Keluarga usia lanjut adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah lanjut usia.

2)      Tipe keluarga non tradisional terdiri dari :

a)      Keluarga communy yang terdiri dari satu keluarga tanpa pertalian darah, hidup dalam satu rumah.

b)      Orang tua (ayah, ibbu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga.

c)      Homo sessual dan lsbian adalah dua individu sejenis yang hidup bersama dalam satu rumah dan berpefilaku layaknya suami istri.

C.    Struktur keluarga
Menurut Friedman (1998), struktur keluarga terdiri dari :

1)      Pola dan proses komunikasi dapat dikataan berfungsi apabila jujur, terbuka, melibatkan emosi, dapat menyelesaikan konflik keluarga serta adanya hierarki kekuatan. Pola komunikasi dalam keluarga dikatakan akan berhasil jika pengirim pesan (sender) yakin mengemukakan pesannya, isi pesan jelas dan berkualitas, dapat menerima dan memberi umpan balik, tidak bersifat asumsi, berkomunikasi sesuai. Sebaliknya, seseorang menerima pesan (receiver) dapat menerima pesan dengan baik jika dapat menjadi pendengar yang baik, memberi umpan balik dan dapat memvalidasi pesan yang diterima.

2)      Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan baik peran formal maupun informal.

3)      Struktur kekuatan adalah kemampuan individu untuk mengontrol dan mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain yang terdiri dari legitimate power (hak), referen power (ditiru), expert power (keahlian), reward power (hadiah), coercive power (paksaan) dan affektif power.

4)      Nilai keluarga dan norma adalah sistem ide-ide, sikap dan keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu.

D.    Peran keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat dan kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu didasari dalam keluarga dan kelompok masyarakat. Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut :

1)      Peran ayah : ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan dari pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala keluarga, anggota dari kelompok sosial serta dari anggota masyarakat dari lingkungannya.

2)      Peran ibu : ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peran mengurus rumah tangga , sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.

3)      Peran anak : anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai engan tingkat perkembangan fisik, mental, soaial dan spiritual.

E.     Fungsi keluarga
Menurut Friedman (1998), terdapat lima fungsi keluarga, yaitu :

1)      Fungsi afektif (the Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.

2)      Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tinkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

3)      Fungsi reproduksi (the reproduction function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

4)      Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5)    Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

Tetapi dengan berubahnya zaman, fungsi keluarga dikembangkan menjadi :

1)      Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya keluarga.

2)      Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berbeda disekitarnya.

3)      Fungsi pendidikan, yaitu keluarga mempunyai peran dan tanggungjawab yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan dewasanya.

4)      Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan mampu menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.

5)      Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terhadap penyakit yang mungkin dialami oleh keluarga.

6)      Fungsi reliugius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan mengamalkan ajaran agama.

7)      Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.

8)      Fungsi reproduksi, yaitu bukan hanya mengembangkan keturunan tetapi juga tempat untuk mengembangkan fungsi reproduksi secara menyeluruh, diantaranya ses yang sehat dan berkualitas serat pendidikan ses bagi anak-anak.

9)      Fungsi afektif, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar rumah.

Dari beberapa fungsi keluarga diatas, ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya, antara lain asih, yaitu memberikan kasih sayang, perhatian dan rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya. Sedangkan asuh, yaitu menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara sehingga diharapkan mereka menjadi anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Dan asah, yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan anak sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.

F.     Tahap-tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan keluarga
Menurut friedman (1998), tahap perkembangan keluarga berdasarkan siklus kehidupan keluarga terbagi atas 8 tahap :

1)      Keluarga baru (beginning family), yaitu perkawinan dari sepasang insan yang menandakan bermulanya keluarga baru. Keluarga pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan, yaitu membina hubungan dan kepuasan bersama, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial dan merencanakan anak atau KB.

2)      Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family), yaitu dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Mempunyai tugas perkembangan seperti persiapan bayi, membagi peran dan tanggungjawab, adaptasi pola hubungan sesual, pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua.

3)      Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu keluarga dengan anak pertama yang berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun. Mempunyai tugas perkembangan, yaitu membagi waktu, pengaturan keuangan, merencanakan kelahiran yang berikutnya dan membagi tanggung jawab dengan anggota keluarga yang lain.

4)      Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertama berusia 13 tahun. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu menyediakan aktivitas untuk anak, pengaturan keuangan, kerjasama dalam menyelesaikan masalah, memperhatikan kepuasan anggota keluarga dan sistem komunikasi keluarga.

5)      Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertama 13 tahun sampai dengan 20 tahun. Tugas perkembangan keluarga ini adalah menyediakan fasilitas kebutuhan keluarga yang berbeda, menyertakan keluarga dalam bertanggungjawab dan mempertahankan filosofi hidup.

6)      Keluarga dengan anak dewasa, yaitu keluarga dengan anak pertama, meninggalkan rumah dengan tugas perkembangan keluarga, yaitu menata kembali sumber dan fasilitas, penataan tagung jawab antar anak, mempertahankan komunikasi terbuka, melepaskan anak dan mendapatkan menantu.

7)      Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun. Adapun tugas perkembangan, yaitu mempertahankan suasana yang menyenangkan, bertanggungjawab pada semua tugas rumah tangga, membina keakraban dengan pasangan, mempertahankan kontak dengan anak dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial.

8)      Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dari salah satu pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dunia. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu menghadapi pensiun, saling rawat, memberi arti hidup, mempertahankan kontak dengan anak, cucu dan masyarakat.

Related Posts:

Konsep Model Stress dan Adaptasi dalam Keperawatan Jiwa ( Stuart )

1. Faktor Predisposisi : semua kejadian, hal, atau peristiwa (baik biologis, psikologis dan atau sosial budaya) yang terjadi di sepanjang hidup manusia yang dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa pada manusia tersebut.

  • Faktor Biologis; contoh : riwayat lahir kembar monozygot, memiliki garis keturunan penderita gangguan jiwa, cacat badan, status nutrisi, paparan racun dll.
  • Faktor Psikologis; contoh : tingkat intelegensia, tingkat moral, tipe kepribadian, pengalaman yang tidak menyenangkan, konsep diri dll.
  • Faktor Sosial Budaya; contoh : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, agama dan keyakinan, dukungan sosial dll.

2. Stresor Presipitasi : merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan dan membutuhkan energi ekstra/sangat besar untuk mengatasinya. Karakteristik stresor presipitasi adalah sifat, asal, waktu dan jumlah.

  • Sifat; sifat stresor presipitasi di sini menunjukkan jenisnya (biologis, psikologis dan atau sosial budaya). Contoh dari masing
  • Asal; asal stresor presipitasi bisa berasal dari dalam individu (contoh : persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya, sakit fisik dll) dan atau dari luar individu (contoh : kurangnya dukungan sosial, pengalaman sosial yang tidak menyenangkan, dll).
  • Waktu; waktu terjadinya stresor bisa terjadi dalam waktu dekat, waktu yang cukup lama, dan atau terjadi secara berulang.
  • Jumlah; jumlah stressor bisa satu atau lebih dari satu.

3. Penilaian terhadap stressor : merupakan reaksi individu terhadap stressor presipitasi yang dihadapinya. Reaksi ini bisa berupa reaksi kognitif (contoh : berpikir ingin bunuh diri, berkurangnya motivasi, konsentrasi atau tingkat kesadaran dll), afektif (contoh : merasa sedih, merasa marah, tidak berdaya dll), fisiologis (contoh : perubahan pada tanda-tanda vital dan status fisiologis lainnya), perilaku (contoh : menolak untuk melakukan aktivitas sehari-hari, berbicara sendiri, sering komat-kamit dll), dan sosial (contoh : mengamuk, memukul orang lain, menarik diri dari pergaulan dll).
Penilaian terhadap stressor ini merupakan data fokus yang bisa digunakan oleh perawat untuk menegakkan diagnosa keperawatan.

4. Sumber Koping : semua hal yang bisa dijadikan alat untuk membantu individu mengatasi stresornya secara konstruktif atau sebaliknya dapat menjadikan individu menggunakan mekanisme pemecahan masalah yang salah. Terdiri dari : kemampuan personal (bakat, kepandaian dll), dukungan sosial (punya sahabat sedikit atau banyak dll), aset materi (kekayaan, punya asuransi atau tidak dll), dan keyakinan positif (kepercayaan terhadap diri sendiri dan Tuhan, lebih berfokus kepada pengobatan daripada pencegahan dll)

5. Mekanisme koping : tiap upaya yang dilakukan untuk penatalaksanaan stress termasuk upaya penyelesaian masalah langsung (task oriented) dan mekanisme pertahanan ego yang digunakan untuk melindungi diri (ego oriented).

a. Contoh Task Oriented :

  1. Meminta bantuan kepada orang lain
  2. Mengungkapkan perasaan sesuai yang dirasakan saat ini
  3. Mencari lebih banyak informasi yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi
  4. Menyusun rencana untuk memecahkan masalah
  5. Meluruskan persepsi terhadap masalah

b. Contoh Ego Oriented :

  1. Denial; menyangkal untuk melihat kenyataan yang tidak diinginkan dengan cara mengabaikan atau menolak kenyataan tersebut.
  2. Proyeksi; menyalahkan orang lain atas ketidakmampuan dirinya atau atas kesalahan yang dia perbuat.
  3. Represi; menekan ke alam bawah sadar dan sengaj melupakan pikiran, perasaan, dan pengalaman yang menyakitkan.
  4. Regresi; kemunduran dalam hal tingkah laku yang dilakukan seseorang dalam menghadapi stres.
  5. Rasionalisasi; berusaha memberi alasan yang masuk akal terhadap perbuatan yang dilakukannya.
  6. Pengalihan; memindahkan perasaan yang tidak menyenangkan dari seseorang atau obyek ke orang atau obyek lain yang biasanya lebih kurang berbahaya daripada obyek semula.
  7. Reaction Formation; mengembangkan pola sikap atau perilaku tertentu yang disadari tetapi berlawanan dengan perasaan dan keinginannya.
  8. Sublimasi; penyaluran rangsangan atau nafsu yang tidak tersalurkan ke dalam kegiatan lain.
6. Rentang respon koping : rentang respon manusia yang adaptif sampai maladaptif.

Related Posts:

Terapi Interpersonal

Kontribusi Peplau dalam bidang keperawatan, khususnya keperawatan Psikiatri, sangat banyak. Tahun 1952, ia meluncurkan bukunya yang berjudul Interpersonal Relations In Nursing.

     Dalam ilmu komunikasi, proses interpersonal didefinisikan sebagai proses interaksi secara simultan dengan orang lain dan saling pengaruh-mempengaruhi satu dengan lainnya, biasanya dengan tujuan untuk membina suatu hubungan.

     Pada awalnya, Peplau mengembangkan teorinya sebagai bentuk keprihatinannya terhadap praktik keperawatan “Custodial Care”, sehingga sebagai perawat jiwa, melalui tulisannya ia kemudian mempublikasikan teorinya mengenai hubungan interpersonal dalam keperawatan. Dimana dalam memberikan asuhan keperawatan ditekankan pada perawatan yang bersifat terapeutik.

     Aplikasi yang dapat kita lihat secara nyata yaitu pada saat klien mencari bantuan, pertama perawat mendiskusikan masalah dan menjelaskan jenis pelayanan yang tersedia. Dengan berkembangnya hubungan antara perawat dan klien bersama-sama mendefinisikan masalah dan kemungkinan penyelesaian masalahnya. Dari hubungan ini klien mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya dan perawat membantu klien dalam hal menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan masalah kesehatannya.

     Teori dan gagasan Peplau dikembangkan untuk memberikan bentuk praktik keperawatan jiwa. Penelitian keperawatan tentang kecemasan, empati, instrument perilaku, dan instrument untuk mengevaluasi respon verbal dihasilkan dari model konseptual Peplau.

   Peplau mengembangkan modelnya dengan memerinci konsep struktural dari proses antar-personal-disinilah letak fase hubungan perawat-klien (nurse-patient relationship). Keempat fase tersebut saling berkaitan. Di setiap fase diperlukan peran yang berbeda sesuai dengan kebutuhan klien. fase antara lain:

1.      Fase Orientasi
Fase ini, perawat dan klien bertindak sebagai 2 individu yang belum saling mengenal. Selama fase orientasi, klien merupakan seseorang yang memerlukan bantuan profesional dan perawat berperan membantu klien mengenali dan memahami masalahnya serta menentukan apa yang klien perlukan saat itu. Jadi, fase orientasi ini merupakan fase untuk menentukan adanya masalah, dimana perawat dan klien melakukan kontrak awal untuk membangun kepercayaan dan terjadi proses pengumpulan data.

Fase orientasi dipengaruhi langsung oleh sikap perawat dan klien dalam memberi atau menerima pertolongan. Selain itu fase  ini juga dipengaruhi oleh ras, budaya, agama, pengalaman, latar belakang, dan harapan klien maupun perawat. Akhir dari fase ini adalah perawat dan klien bersama-sama mengidentifikasi adanya masalah serta menumbuhkan rasa saling percaya sehingga keduanya siap untuk melangkah ke fase berikutnya.

2.      Fase Identifikasi
Pada fase ini klien memberikean respon atau mengidentifikasi persoalan yang ia hadap bersama orang yang dianggap memahami masalahnya. Respon setiap klien berbeda satu sama lain. Disini perawat melakukan eksplorasi perasaan dan membantu klien menghadapi penyakit yang ia rasakan sebagai sebuah pengalaman yang mengorientasi ulang perasaannya dan menguatkan kekuatan positif pada pribadi kklien serta memberi kepuasan yang diperlukan.

Fase identifikasi peran perawat apakah  sudah melakukan atau tindakan sebagai fasiliatator yang memfasitaskan ekspresi perasaan klien serta melaksanakan asujhan keperawatan.

Selama fase identifikasi klien diharapkan mulai memiliki perasaan terlibat dan mulai memiliki kemampuan untuk mengatasi masalahnya dengan mengurangi perasaan tidak berdaya dan putus asa. Upaya ini akan menumbuhkan sikap positif pada diri klien guna melaju ke fase selanjutnya. Jadi, fase identifikasi merupakan fase penentu bantuan apa yang diperlukan oleh klien. Fase ini, perawat juga memberi beberapa alternatif untuk mengatasi masalah klien.

3.      Fase Eksploitasi
Pada fase ini, perawat memberi layanan keperawatan berdasarkan kebutuhan klien. Disini, masing-masing pihak mulai merasa menjadi bagian integral dari proses interpersonal. Selama fase eksploitasi, klien mengambil secara penuh nilai yang ditawarkan kepadanya melalui sebuah hubungan.

Prinsip tindakan pada fase ini adalah eksplorasi atau menggali, memahami keadaan klien dan mencegah meluasnya masalah. Perawat mendorong klien untuk menggali dan mengungkapkan, perasaan, emosi, pikiran, serta sikapnya tanpa paksaan dan mempertahankan suasana terapeutik yang mendukung.

Fase eksploitasi dimana perawat telah membantu kalien dalam memberikan gambaran kondisi klien. Pada fase ini perawat juga dituntut untuk menguasai keterampilan berkomunikasi secara terapeutik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa fase eksplorasi merupakan fase pemberian bantuan pada klien sebagai langkah pemecahan masalah. Jika fase ini berhasil, proses interpersonal akan berlanjut ke fase akhir, yaitu fase resolusi.

4.      Fase Resolusi/Terminasi
Pada fase resolusi, tujuan bersama antara perawat dan klien sudah sampai pada tahap akhir dan keduanya siap mengakhiri hubungan terapeutik yang selama ini terjalin. Fase resolusi terkadang menjadi fase yang sulit bagi kedua belah pihak sebab disini dapat terjadi peningkatan kecemasan dan ketegangan jika ada hal-hal yang belum terselesaikan pada masing-masing fase. Indikator keberhasilan untuk fase ini adalah jika klien sudah mampu mandiri dan  lepas dari bantuan perawat. Selanjutnya, baik perawat maupun klien akan menjadi individu yang matang dan lebih berpengalaman.

Dalam hubungan perawat-klien, ada enam peran perawat yang harus dilakukan. Peran tersebut berbeda pada setiap fasenya. Keenam peran tersebut adalah peran sebagai orang asing (role of the stranger), peran sebagai narasumber (role of resource person), peran sebagai pengajar (teaching role), peran sebagai kepemimpinan (leadership role), peran sebagai wali (surrogate role), dan peran sebagai penasihat (counseling role).

Role of the stranger merupakan peran awal dalam hubungan perawat-klien. Di sini,kedua belah pihak merupakan orang asing bagi pihak lain. Sebgai orang asing, perawat harus memperlakukan klien secara sopan, tidak  boleh memberi penilaian sepihak, menerima klien apa adanya, serta memperlakukan klien dengan penuh perasaan. Dalam perannya sebagai narasumber (role of resource person), perawat memberi jawaban yang spesifik dari setiap pertanyaan klien, terutama mengenai informasi kesehatan. Selain itu, perawat juga menginterpretasiakan kepada klien rencana perawatan dan rencana medis untuk hal tersebut.
Teaching role merupakan kombinasi dari seluruh peran dalam menggunakan informasi. Teaching role menurut peplau terdiri atas dua kategori yaitu intruksional, dan eksperimental. Penyuluhan intruksional adalah pemberian informasi secara luas dan merupakan bentuk yang di pakai dalam literatur pendidikan. Menyuluhan eksperimental adalah penyeluhan dengan menggunakan pengalaman dalam pengembangan pengajaran.

Leadership role merupakan peran yang berkaitan dengan kepemimpinan, terutama mengenai proses demokratis dalam asuahan keperawatan. Perawat membantu klien dalam mengerjakan tugas-tugasnya melalui hubungan yang sifatnya kooperatif dan melibatkan partisipasi aktif klien. Dalam surrogate role, klien menggap perawat sebagai walinya. Oleh sebab itu, sikap perawat dan perilaku nya harus menciptakan perasaan tertentu dalam diri klien yang bersifat reaktif yang muncul dari hubungan sebelumnya. Funsi perawat disini adalah membimbing klien mengenali dirinya sendiri dan sosok yang ia bayangkan lalu membantunya melihat perbedaan antara dirinya dan sosok yang ia bayangkan tersebut.

Fase resolusi dimana perawat berusaha untuk secara bertahan klien untuk membebaskan diri dari ketergantungan kepada tenaga kesehatan dan menggunakan kemampuan yang dimliki agar mampu menjalankan secara sendiri.

Peplau mempercayai bahwa counseling role memiliki peranan yang besar dalam keperawatan psikiatri. Dalam hubungan perawat-klien peran ini sangat penting sebab tujuan dari teknik hubungan antar-personal adalah membantu klien mengingat dan memahami sepenuhnya peristiwa yang terjadi pada dirinya saat ini. Dengan demikian, satu pengalaman dapat diintegrasikan dengan pengalaman lainnya dalam hidupnya, bukannya justru dipisahkan.

Related Posts:

Konsep Model Keperawatan Jiwa

Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya. (Brockopp, 1999).

Konsep model keperawatan jiwa tentunya mengarah pada kesehatan jiwa seseorang, yaitu perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap positif pada diri sendiri, dan orang lain.

     kesehatan jiwa seseorang meliputi, perasaan terhadap diri sendiri, terhadap orang lain, mengatasi persoalan hidup sehari hari.

Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam lingkungan atau stressor yang mengakibatkan seseorang individu menciptakan perubahan yang adaptif baik secara mandiri maupun bantuan perawat. Model konseptual keperawatan jiwa merupakan upaya yang dilakukan baik oleh perawat untuk  menolong seseorang dalam mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif untuk mengatasi stressor yang di alaminya (Videbeck, 2008).

Model konsep keperawatan jiwa terbagi menjadi enam bagian salah satunya adalah masalah interpersonal.(Suliswati,2005).

Related Posts:

Prinsip-prinsip Keperawatan dan Kesehatan Jiwa


  1. Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi keperawatan jiwa : yang kompeten).
  2. Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat dengan klien).
  3. Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).
  4. Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam keperawatan jiwa).
  5. Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam keperawatan jiwa).
  6. Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam keperawatan jiwa).
  7. Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya dalam keperawatan jiwa).
  8. Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan dalam keperawatan jiwa).
  9. Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam keperawatan jiwa).
  10. Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses keperawatan : dengan standar- standar perawatan).
  11. Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards (aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar professional).

Related Posts:

Ruang Lingkup Praktek Keperawatan Anak

Menurut, Gartinah, dkk ( 1999), Lingkup praktek keperawatan anak merupakan batasan asuhan keperawatan  yang diberikan pada klien anak usia 28 hari sampai usia  18 tahun atau BBL ( Bayi Baru Lahir )  sampai usia 12 th. Sedangkan Sularso ( 1993 ) memberikan penjelasan bahwa asuhan keperawatan anak meliputi   tumbang anak yang mencakup  ASAH ( stimulasi mental ),  ASIH ( Kasih sayang ), ASUH ( pemenuhan kebutuhan fisik ).

Related Posts:

Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak

a.       Pemberi perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan  masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks. Contoh peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran ketika perawat memenuhi kebutuhan dasar seperti memberi makan, membantu pasien melakukan ambulasi dini.

b.      Sebagai Advocat keluarga
Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan informasi  yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Peran perawat sebagai advocate keluarga dapt ditunjukkan dengan memberikan penjelasan tentang prosedur operasi yang akan dilakukan sebelum  pasien melakukan operasi.

c.        Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Memberi penyuluhan kesehatan tentang penanganan diare merupakan salah satu contoh peran perawat sebagai pendidik ( health educator ).

d.      Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan dasar dalam perencanaan tindakan keperawatan. Konseling diberikan kepada individu,  keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi).

e.       Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain berupaya mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan keahlian dan ketrampilan dari berbagai professional pemberi palayanan kesehatan. Sebagai contoh, perawat berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat pada anak dengan nefrotik syndrome. Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk menentukan dosis yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada anak yang menderita infeksi.

f.       Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap rangsangan dari lingkunganya. Kegiatan ini dapat diperoleh diperoleh melalui penelitian. Penelitian, pada hakikatnya adalah melakukan evalusai, mengukur kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang telah diberikan.  Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengerakkan orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan memanfaatkan media massa atau media informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelitian dalam rangka mengembagkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek profesi keperawatan.

Related Posts:

Konsep Dasar Keperawatan Anak

1.      PENGERTIAN ANAK
Menurut  UU RI No. IV th 1979 ttg kesejahteraan anak, disebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah Sedangkan menurut UU RI No. I th 1974 Bab IX ps 42 disebutkan bahwa anak  yang sah adalah yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang sah. Dari kedua pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian anak adalah seseorang yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang sah yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.

2.      KEDUDUKAN ANAK DI INDONESIA
Di Indonesia anak dipandang sebagai pewaris keluarga, yaitu penerus keluarga yang kelak akan melanjutkan nilai – nilai dari keluarga serta  dianggap sebagai seseorang yang bisa memberikan perawatan dan perlindungan ketika kedua orang tua sudah berada pada tahap lanjut usia ( jaminan hari tua  ) . Anak masih dianggap sebagai  sumber tenaga murah yang dapat membantu ekonomi keluarga. Keberadaan anak  dididik menjadi pribadi yang mandiri.

3.      FILOSOFI  KEPERAWATAN ANAK
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus memahami bahwa semua asuhan Keperawatan anak  harus berpusat pada keluarga ( family center care ) dan mencegah terjadinya trauma ( atraumatik care ). Family center care  ( perawatan berfokus  pada keluarga ) merupakan  unsur penting dalam perawatan anak karena  anak merupakan bagian dari anggota keluarga, sehingga kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga., Untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak yang dapat mempengaruhi status kesehatan anak. Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan keperawatan yang ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga dengan memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg diberikan. Prinsip dari  atraumatic care adalah menurunkan dan mencegah dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan mengurangi cedera ( injury ) dan nyeri ( dampak psikologis ), tidak melakukan kekerasan pada anak dan modifikasi lingkungan fisik.

4.      PRINSIP KEPERAWATAN ANAK
Dalam keperawatan anak, perawat harus mengetahui bahwa prinsip keperawatan anak adalah :
a.       Anak bukan miniatur orang dewasa
b.      Anak sebagai individu unik & mempunyai kebutuhan sesuai tahap perkembangan
c.       Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada pencegahan & peningkatan derajat kesh, bukan mengobati anak sakit
d.      Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif dalam memberikan askep anak
e.       Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak & keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi & meningkatkan kesejahteran dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan moral ( etik ) & aspek hukum ( legal )
f.       Tujuan keperawatan anak & remaja adalah untuk meningkatkan maturasi / kematangan
g.      Berfokus pada pertumbuhan & perkembangan

5.      PARADIGMA KEPERAWATAN ANAK

a.       Manusia ( Anak )
Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga merupakan salah satu sasaran dalam pelayanan keperawatan. Untuk dapat memberikan pelayanan keperawatan yang tepat sesuai dengan masa tumbuh kembangnya, anak di kelompokkan berdasarkan masa tumbuh kembangnya yaitu
1.      Bayi                             : 0 – 1 th
2.      Toddler                       : 1 – 2,5 th
3.      Pra Sekolah                 : 2,5 – 5 th
4.      Sekolah                       : 5 – 11 th
5.      Remaja                        : 11 – 18 th
 Terdapat perbedaan dalam memberikan pelayanan keperawatan antara orang dewasa dan anak sebagai sasarannya. Perbedaan itu dapat dilihat dari struktur fisik, dimana secara fisik anak memiliki organ yang belum matur sepenuhnya. Sebagai contoh bahwa komposisi tulang pada anak lebih banyak berupa tulang rawan, sedangkan pada orang dewasa sudah berupa tulang keras.
Proses fisiologis juga mengalami perbedaan, kemampuan anak dalam membentuk zat penangkal anti peradarangan belum sempurna sehingga daya tahan tubuhnya masih rentan dan mudah terserang penyakit. Pada aspek kognitif,  kemampuan berfikir anak  serta tanggapan terhadap pengalaman masa lalu sangat berbeda dari orang dewasa, pengalaman yang tidak menyenangkan selama di rawat akan di rekam sebagai suatu trauma, sehingga pelayanan keperawatan harus meminimalisasi dampak traumatis anak.

b.      Konsep Sehat Sakit
      Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik, mental, sosial, dan tidak semata-mata hanya bebas dari penyakit atau cacad. Konsep sehat & sakit merupakan suatu spektrum yang lebar & setiap waktu kesehatan seseorang bergeser dalam spektrum sesuai dengan hasil interaksi yang terjadi dengan kekuatan yang mengganggunya.

c.       Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kondisi sehat maupun sakit serta status kesehatan. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan berupa lingkungan Internal dan lingkungan external . Lingkungan Internal yang mempengaruhi kesehatan seperti tahap perkembangan, latar belakang intelektual, persepsi terhadap fungsi fisik, faktor emosional, dan spiritual. SEdangkan lingkungan external yang mempengaruhi status kesehatan antara lain keluarga, sosial ekonomi, budaya.

d.      Keperawatan
Merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif meliputi biologi, psikologis, social dan spiritual yang ditujukan pada individu, keluarga, masyarakat dan kelompok khusus yang mengutamakan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diberikan dalam kondisi sehat maupun sakit.
Anak sebagai individu maupun salah satu anggota keluarga merupakan sasaran dalam pelayanan keperawatan Sehingga perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan harus memandang anak sebagai individu yang unik yang memiliki kebutuhan tersendiri sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya.

Related Posts:

Pengertian dan Definisi Keperawatan

Pengertian Keperawatan
Pada lokakarya nasional 1983 telah disepakati pengertian keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.


Florence Nightingale (1895) mendefinisikan keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah menempatkan pasien dalam kondisi paling baik bagi alam dan isinya untuk bertindak.


Calilista Roy (1976) mendefinisikan keperawatan merupakan definisi ilmiah yang berorientasi kepada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan pelayanan kepada klien.


Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic dan professional, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, standar pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat professional secara mandiri atau melalui upaya kolaborasi.

Related Posts:

Trend Dalam Keperawatan

Trend Keperawatan
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat di mana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisasi, pencemaran, kecelakaan, di samping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif.

Pada masyarakat yang menuju ke arah modern, terjadi peningkatan kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan di mana masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standar global internasional dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasai perkembangan Iptek.

Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di Indonesia masih belum menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran perawat professional, diantaranya :
1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985 pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat pada tahun 1869.
2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk praktik keperawatan, lisensi )
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan “ sehat untuk semua pada tahun 2010 “, maka solusi yang harus ditempuh adalah :
1. Pengembangan pendidikan keperawatan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan perawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana penunjang pendidikan.
2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus segera di lakukan untuk menjamin kepuasan konsumen/klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.

Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam terwujudnya pelayanan keperawatan professional. Nilai professional yang melandasi praktik keperawatan dapat dikelompokkan dalam :
1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience
selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien (Johnstone, 1994).
b. Fair
Tidak mendiskriminasi kan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memperlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadai, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri.
Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus ada kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran, fungsi dan tanggung jawab anggota profesi.
Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang dilakukannya terhadap klien.

Related Posts:

Mengenal Sistem Kesehatan

Sistem pelayanan kesehatan di indonesia telah menempatkan Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat ( PUSKESMAS) sebagai basis pelayanan pertama yang dapat di manfaatkan oleh masyarakat yang merasakan keluhan kesehatan. Sistem kesehatan seperti itu kemudian telah dipertahankan semenjak tahun 1978 sampai sekarang.

Related Posts:

Sistem Pelayanan Kesehatan

1. Evolusi sistem pemberian perawatan kesehatan

  • Perawat harus memahami perkembangan yang menyebabkan terciptanya sistem pemberian perawatan kesehatan pada saat ini.
  • Kemajuan IPTEK  Kesehatan dan Keperawatan
  • Tuntutan pada perawat untuk dapat berfungsi adekuat dalam memberikan Askep sehingga dapat berkontraksi
  • Peningkatan mutu pelayanan

Related Posts:

Tehnik Monitoring Elektrokardiogram (EKG)


Saat ini 4 macam teknik monitoring EKG yang sering digunakan yaitu :


1. Teknik monitoring standar ekstremitas (metoda Einthoven) atau standard limb leads

Dalam menggunakan teknik ini, dilakukan 3 tempat monitoring EKG yakni


a. Lead I dibentuk dengan membuat lengan kiri (LA-left arm) elektroda positif dan lengan kanan (RA- right arm) elektroda negatif. Sudut orientasi 0º


b. Lead II dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif dan lengan kanan (RA- right arm) elektroda negatif. Sudut orientasi 60º


c. Lead III dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif dan lengan kiri (LA- left arm) elektroda negatif. Sudut orientasi 120º


2. Teknik monitoring tambahan atau augmented limb leads Dalam menggunakan teknik ini, dilakukan 3 tempat monitoring EKG yakni :


a. aVL dibentuk dengan membuat lengan kiri (LA-left arm) elektroda positif dan anggota tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda negatif. Sudut orientasi -30º


b. aVR dibentuk dengan membuat lengan kanan (RA- right arm) elektroda positif dan anggota tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda negatif. Sudut orientasi -150º


c. aVF dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif dan anggota tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda negatif. Sudut orientasi +90º  monitoring EKG prekordial/ dada atau standard chest leads monitoring EKG

Related Posts:

Fungsi Elektrokardiogram (EKG)

Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh aktifitas listrik otot jantung. EKG ini merupakan rekaman informasi kondisi jantung yang diambil dengan memasang electroda pada badan. Rekaman EKG ini digunakan oleh dokter ahli untuk menentukan kodisi jantung dari pasien. Sinyal EKG direkam menggunakan perangkat elektrokardiograf.

Sensor EKG
Fungsi dasar dari elektroda adalah mendeteksi sinyal kelistrikan jantung. Fungsi dari transducer adalah untuk mengkonversi informasi biologis menjadi sinyal elektrik yang dapat diukur. Transducer ini dipakai dengan menggunakan interface jelly electrode-electrolyte. Dengan menggunakan elektroda Ag/AgCl mengurangi noise dengan frekuensi rendah pada sinyal EKG yang terjadi karena pergerakan. Gambar di bawah memperlihatkan beberapa contoh sensor EKG sedangkan gambar kedua memperlihatkan salah satu teknik monitoring EKG dalam penempatan elektroda.

Related Posts: