Konsep Dasar Manajemen Infeksi

Infeksi merupakan salah satu faktor tersering yang menghambat proses penyembuhan luka. Infeksi diawali oleh kontaminasi dan berlanjut pada kolonisasi mikroorganisme pada dasar luka serta berakhir pada infeksi lokal hingga sistemik. Infeksi seringkali terjadi pada decubitus kategori III dan IV, untuk itu dibutuhkan pendekatan tersendiri dalam mengatasi status infeksi luka agar tidak berkembang menjadi sistemik.

Untuk luka decubitus yang dalam dua minggu tidak mengalami kemajuan dalam proses penyembuhan atau konsistensi eksudatnya tetap atau semakin purulent setelah dirawat, maka pertimbangkan untuk menggunakan antibiotic topical (WOCN, 2003; Folkedahl & Frantz, 2002). Namun manakala dampak kolonisasi bakteri bisa telah terkontrol, maka hentikan penggunaan antibiotic topical (Whitney., et al 2006).

Silver dressing dan madu dapat menjadi pilihan untuk decubitus yang terinfeksi oleh berbagai mikroorganisme, sebab kedua jenis balutan tersebut memiliki kemampuan broad spectrum (NPUAP/EPUAP, 2009; AMDA, 2008; Cutting, 2007). Lo, Change, Hu, Hayter, and Change (2009) melalukan review sistematis dan meta analisis terhadap efikasi penggunaan silver dressing dalam manajemen luka kronis. Mereka menemukan bahwa silver dressing secara signifikan mempercepat proses penyembuhan luka, mengurangi bau, menurunkan eksudat, dan memiliki masa pakai yang lebih lama dibandingkan balutan luka yang lain.

Gunes and Eser (2007) mengevaluasi efektifitas penggunaan madu terhadap proses penyembuhan decubitus dan menemukan bahwa 15 pasien yang dirawat dengan madu memiliki skor PUSH yang lebih baik dibandingkan dengan 11 pasien yang dirawat dengan ethoxydiaminoacridine plus nitrofurazone dressing.

Penggunaan antibiotic sistemik dibenarkan hanya bila terjadi bakteremia, sepsis, perluasan selulits, atau osteomyelitis (Sibbald & Cameron, 2001). Perlu diketahui bahwa penggunaan antibiotic sistemik tidak dapat mencapai jaringan yang ischemic atau jaringan granulasi, sehingga direkomendasikan bila disertai dengan penggunaan antibiotic topical (AMDA, 2008; Keast, 2007; EWMA, 2006; Chao, 2004; EPUAP, 1998; Bergstrom, et al., 1994).

Related Posts:

0 Response to " Konsep Dasar Manajemen Infeksi "

Post a Comment